Bandung, Telkom University, 09/01/2024. Pengalaman pada masa kanak-kanak atau usia dini akan menentukan sikap mental anak setelah menjadi dewasa. Hal ini membuat fasilitas pendidikan usia dini penting diperhatikan agar dapat mewadahi perkembangan masing-masing kebutuhan anak, termasuk fasilitas Taman Kanak-kanak Bunda Asuh Nanda, Arcamanik, Bandung. Kebutuhan akan perancangan ulang pun didukung bahwa TK Bunda Asuh Nanda Arcamanik merupakan cabang tertua di Bandung namun belum sempat mendapatkan renovasi. Oleh karena itu, tim pengabdian masyarakat teknologi tepat guna periode 2023 yang terdiri dari Arnanti Primiana Yuniati, M. Ds., Athifa Sri Ismiranti, S.Ds., M.Arch., dan Akhmadi, S.T., M.Ds. akan mendesain ulang TK Bunda Asuh Nanda
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, siswa sekolah ini terdiri dari Toddler Class (2-3 tahun) dan Playgroup (3-4 tahun), TK A (4-5 tahun), dan TK B (5-7 tahun). Pada tahun ajaran 2023-2024, dari 30 anak yang belajar di TK Bunda Nanda, terdapat 3 anak yang menyandang ASD (Autism Spectrum Disorder) level 1. Pegawai di sekolah ini terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah bernama Ibu Sri Widyastuty, tenaga pengajar sebanyak 4 orang, dan 1 orang penjaga sekolah. Kegiatan belajar mengajar dilaksakanan pada Senin – Jumat, pukul 08.00 – 10.45. Tenaga pengajar biasa bekerja hingga pukul 14.00.
Hasil observasi, survey kegiatan pada TK Bunda Asuh Nanda Arcamanik, dan wawancara kepala sekolah serta beberapa guru, didapatkan permasalahan ruangan yang belum mendukung pembelajaran kurikulum merdeka belajar atau 2020 dan kurikulum Beyond Centers and Circle Time (BCCT). Kurikulum membuat anak-anak belajar untuk bebas mengasah dan mengeksplorasi bakatnya sendiri membuat ruang kelas harus dapat mewadahi berbagai aktivitas. Selanjutnya, terdapat beberapa siswa berkebutuhan khusus namun ruang kelas yang tersedia belum dapat memfasilitasi kebutuhan belajar siswa ASD. Selain itu, ruang yang terbatas membuat ruang kepala sekolah harus disatukan dengan ruang kelas TK A membuat kurangnya privasi.
Dari permasalahan yang ada, tim pengabdian masyarakat menawarkan konsep minimalis, multifungsi, multisensori, dan safe. Konsep ini lahir karena pertimbangan kebutuhan ruang untuk fleksibilitas furnitur yang tinggi dan aman pada ruang terbatas untuk anak-anak reguler dan siswa ASD. Selain itu, kebutuhan belajar dan bermain anak-anak yang dapat difasilitasi lebih baik menggunakan permainan multisensori. Tidak hanya memfasilitasi kegiatan untuk siswa reguler, tim juga merancang fasilitas pembelajaran untuk siswa ASD.
Desain meja berbentuk modular trapesium dengan ujung melingkar untuk mempermudah meja dipindah-pindahkan dan bentuk yang aman untuk anak-anak (Ismiranti dan Handoko, 2023). Selain itu, posisi meja diatur menjadi per kelompok bakat anak, dengan begitu dapat mempermudah pengajar dalam mendampingi peserta didik sesuai bakatnya masing-masing secara teratur. Manfaat lain yang dapat ditimbulkan adalah tenaga pengajar dapat melihat perkembangan karakter peserta didik dan menganalisis kebutuhan dalam mengembangan potensi mereka.
Anak ASD sangat peka terhadap stimulan, terutama bising dan warna-warna yang terlalu vibrant. Selain itu lebih siswa ASD lebih menyukai bentuk-bentuk geometris yang tidak terlalu plastis dan dinamis. Karena sangat sensitif, sering kali siswa ASD tantrum tanpa alasan yang pasti atau spesifik. Dengan adanya ruang personal pada kelas, diharapkan siswa ASD dapat memisahkan diri dan kebisingan dan menenangkan diri.
Solusi selanjutnya adalah memisahkan antara Ruang Kepala Sekolah yang masih tergabung dengan Ruang TK B dengan memberikan partisi foldable yang bisa dibuka tutup sesuai dengan kebutuhan, agar bisa menjaga privasi Kepala Sekolah tanpa mengganggu keleluasaan kelas dalam kegiatan belajar mengajar.
Testimoni dan feedback dari Ibu Sri Widyastuty selaku Kepala Sekolah sangat berterima kasih kepada pihak panitia kegiatan Abdimas dan Telkom University atas terselenggaranya kegiatan ini. Beliau sangat mengharapkan adanya kerjasama di kemudian hari dengan tim Desain Interior Telkom University dan hasil desain dapat terealisasi dengan persetujuan pihak Yayasan. Tim pengabdian masyarakat juga berharap bahwa proyek ini dapat menjadi contoh perancangan desain Taman Kanak-kanak inklusif ke depannya.